Biografi L'Arc en Ciel di blog ini merupakan serial yang disusun per tahun sejak berdirinya band ini pada 1991. Sebuah perjalanan panjang melintas waktu, yang dimulai dari impian Tetsu, remaja tanggung penyuka musik yang merangkai mimpi di tengah menjamurnya band-band indie di akhir 1980-an menuju awal dekade 1990-an.
Di album pertama L'Arc~en~Ciel, DUNE, terdapat lagu berjudul sama, 'Dune'. Padang pasir adalah lambang ketiadaan, kekosongan. Tapi, ia juga menjadi tempat sekian cerita, tawa dan air mata, mengendap dalam-dalam.DEAD END hanya memiliki satu album di label mayor, yaitu Zero yang dirilis 21 September 1989 oleh BMG Victor. Napas hidup mereka pun tak panjang. Setelah terbentuk pada 1984, band asal Tokyo ini vakum pada 1990. Namun, racun yang mereka tebarkan sukses mencemari seluruh Jepang. Tak terkecuali pada diri seorang Tetsuji Ogawa, remaja yang pada masa-masa tersebut cuma memiliki satu cita-cita: menjadi musisi profesional dengan membentuk sebuah band. Iya, dialah Tetsu, pria yang kelak menjadi pemimpin L'Arc~en~Ciel, band legendaris Jepang yang namanya mendunia.
Musik DEAD END yang bergenre heavy metal dipadu dengan suara sang vokalis Morrie, benar-benar 'mengacaukan' pikiran Tetsu. Adalah hal menarik, suatu ketika Morrie pernah diwawancarai tentang makna di balik nama DEAD END. Disebutkannya, "Nama tersebut bermakna, kamilah yang terakhir. Tidak ada band serupa kami yang akan muncul di kemudian, kamilah ujung paling ujung."
Dan sang penggemar yang ketika itu masih bergelut dengan kerasnya kehidupan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, nyatanya memiliki jalur yang serupa dengan idolanya. Dengan segala keunikan masing-masing, DEAD END adalah band terbesar yang menandai munculnya era visual kei di musik Jepang pada 1990-an, sedangkan L'Arc~en~Ciel menjadi titik puncaknya.
Tapi, perjalanan Tetsu membentuk Laruku, demikian lidah orang Jepang menyebut nama band tersebut, bukanlah pekerjaan biasa. Apa yang Anda harapkan dari seorang pemuda asal Chiba yang berangkat ke Osaka dengan hanya bermodalkan 10.000 yen? Yang ada, demi memenuhi hajat hidup, Tetsu bekerja paruh waktu di berbagai tempat sambil terus bergaul dengan kalangan band indie. Datang ke sebuah live show ke live show lain adalah kesehariannya. 'Aku ingin membentuk sebuah band yang saat ini cuma aku sendiri personelnya,' adalah kalimat tragis yang digenggam Tetsu saat itu.
Harapan datang lebih cepat dari yang diduga. Seorang kenalan, Sammy dari band Billy & The Sluts, mendatangi Tetsu di tempat kerja paruh waktunya, sebuah toko CD, dan menyodorkan satu nama: Hiro. Sama seperti Tetsu, orang ini juga tak memiliki band tetap setelah putus cinta dengan band First Blood dan De-velguer. Apa salahnya kedua pemuda ini bergabung? Jadilah Hiro sebagai member pertama L'Arc~en~Ciel yang saat itu belum memiliki nama.
Seorang pembetot bas dan seorang gitaris. Apa yang bisa diperbuat dengan komposisi semacam ini? Mereka butuh vokalis! Tapi, langkah Tetsu lagi-lagi terganjal. Pernah ada sebuah masa ketika ia dan Hiro bersua dengan Matarou, seorang drummer yang bisa pula menjadi vokalis. Tapi, ketidakcocokan mengalahkan segalanya.
Sementara Tetsu sibuk mengerjakan 'PR mencari vokalis' yang tak kunjung selesai, pemuda lain bernama Hide (kelak disebut Hyde) juga berpetualang di kerasnya Osaka. Hide bertemu Pero, seorang drummer yang baru saja menutup lembaran karier bersama band indie Kiddy Bombs. Sama seperti Tetsu dan Hiro, dua pemuda ini sepakat membentuk band baru yang bernama Jerusalem's Rod. Perbedaan besarnya, Hide dan Pero berhasil menemukan pemain bas dan gitar untuk melengkapi band tersebut.
Tapi, masalah langsung muncul. Hide yang seorang perfeksionis, memiliki ekspektasi berlebihan. Bakatnya sebagai pencipta lagu sudah tumbuh. Dan ia terlalu yakin, lagunya bakal melejit. Tapi, dua personel lain di Jerusalem's Rod tak bisa mengimbangi kemampuannya. Seringkali Hide harus mengajari gitaris dan bassist bandnya cara bermusik yang benar. Untunglah Hide bukan seorang yang mudah patah arang. Setidaknya, ketika ia tenggelam, Hide tak mau tenggelam terlalu dalam. Jerusalem's Rod maju terus. Tampil di berbagai live show. Dan ia pun, sempat melakukan jam session bersama Tetsu.
Dari jam session tersebut, Tetsu yang masih mencari vokalis, kepincut pada suara Hide. Ia mulai gandrung dan berburu kemana pun Jerusalem's Rod pergi. Tujuannya cuma satu. Mendapatkan Hide dan Pero sekaligus untuk memperkuat bandnya. Naif memang. Tapi, pikiran Tetsu saat itu cuma satu: andai dua orang ini pada akhirnya berada di band lain, mereka akan menjadi saingan terberatnya. Daripada bersaing, lebih baik digabungkan dalam satu 'kamar'.
Mulailah periode tak menyenangkan menyelimuti hidup Hide. Tetsu sering meneleponnya hanya untuk bertanya kabar Jerusalem's Rod. Nada bicaranya seakan berkata, "Kapan bandmu bubar dan kamu tertarik masuk ke bandku yang cuma dua orang?". Hide jelas sebal. Bandnya adalah nomor satu. Ia sudah mati-matian membentuknya, dan akan mempertahankan band tersebut sampai kapan pun.
Sampai kapan pun versi Hide, ternyata tak cukup lama. Miskinnya kemampuan dua personel lain membuat Jerusalem's Rod di ambang kehancuran. Desakan demi desakan Tetsu yang dahulu dibencinya, sekarang berubah. Menyerah, Hide dan Pero bergabung dengan Tetsu dan Hiro begitu band lama mereka bubar. Nama L'Arc~en~Ciel dipilih setelah Tetsu menonton film berbahasa Prancis dengan judul serupa. Bukan karena maknanya, 'pelangi', melainkan nama tersebut terkesan keren.
L'Arc~en~Ciel mulai merekam lagu dan menyebarkannya ke berbagai live house agar mereka bisa dikontrak. Mereka juga tak kehilangan akal untuk menarik penggemar. Mulai dari mendekati teman hingga mengirimkan mail tentang jadwal konser yang akan menandai kemunculan nama mereka. Laruku pun membeli mesin faksimili serta perbagai kepentingan manajemen lain. Plus kelak, memberikan berbagai pernik yang membuat fans semakin lengket, seperti stiker dan badge. Sebuah konsep band profesional sudah diciptakan oleh anak-anak muda itu. Tinggal menunggu waktu untuk membuat nama mereka meledak.
Dan pada 30 Mei 1991, akhirnya band tersebut mendapatkan jadwal live pertama mereka di Nanba ROCKETS. Ketika itu, Laruku memainkan sembilan lagu. Yang jelas, bukan lagu indie biasa. Beberapa di antaranya, adalah lagu-lagu yang kelak dikeluarkan dalam album pertama mereka, DUNE. Namun, lagu-lagu yang dinyanyikan di live house tersebut masih mentah. Sebut saja lagu 'legenda' 'Claustrophobia' (kelak berjudul 'Shutting From The Sky'), 'Hell' (kelak berjudul 'Kioku no Kakera'), 'Call to Mind' (kelak berjudul 'Tsuioku no Joukei'), 'I'm in Pain', dan 'Nostalgia'. Live pertama Laruku inilah yang kemudian dijadikan sebagai tanggal ulang tahun mereka di kemudian hari.
Sisa bulan sepanjang 1991 digunakan L'Arc~en~Ciel untuk terus tampil di berbagai live house. Lama-lama, nama mereka mulai terkenal. Dan pada bulan September, mulailah Laruku menjalani masa tampil tunggal, tanpa ada band lain. Sudah selayaknya bos saja. Tapi, meski 1991 seakan cerah, warna pelangi lebih terasa pada tahun berikutnya: ketika manis dan getir bercampur jadi satu dalam perjalanan band seumur jagung ini.
Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon